CIREBON (CU)-Musim hujan yang terjadi akhir-akhir ini, tidak luput dari perkembangan nyamuk aedes aegypti. Terhitung sejak 10 bulan terakhir di Kabupaten Cirebon mencatat sebanyak 84 Kasus DBD dan 2 kasus meninggal akibat DBD.
Kabid P2P Dinkes Kabupaten Cirebon, Nanang Ruhyana mengatakan, di bulan yang sama tahun lalu kasus DBD berkisar diangka 190 sampai 200 kasus.
“Tahun ini menurun dari 200 kasus, sekarang 84 kasus, terhitung minggu ke 10 ada 84 kasus kematian 2,” jelas Nanang.
Dari 40 kecamatan di Kabupaten Cirebon, 4 kecamatan yang menjadi langganan kasus DBD. Bahkan, menurut hasil penelitian oleh Dinkes Kabupaten Cirebon, di Kecamatan Plumbon menemukan penularan DBD bukan hanya dari gigitan nyamuk, melainkan bisa melalui jentik nyamuk yang hidup di air menggenang.
“Lihat dari Puskesmas per kecamatan, kasus DBD paling tinggi di Plumbon ada 8 kasus, Babakan 7 kasus, Depok 6 kasus, dan Gunungjati 5 kasus. Kita melakukan penelitian di Plumbon, hasilnya ketika nyamuk ini masih menjadi jentik ternyata sudah membawa virus DBD, begitu hidup sudah bisa menularkan bukan hanya dari gigitan, tapi tempat ia bersarang,” katanya
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Eni Suhaeni mengatakan, di massa pandemi, bukan hanya Covid-19 saja yang perlu ditangani. Eni juga berpesan untuk masyarakat agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
“Penanganan covid-19 terus dilakukan, tapi tidak lupa dengan penyakit lain seperti kasus DBD, kita harus menjaga lingkungan dan harus menerapkan PHBS di lingkungan rumah,” imbaunya.