KOTA CIREBON (CU) — Pameran Fotografi yang diangkat dari tiga buku sekaligus, kolaborasi antara Gueari Galeri bersama Rumah Cirebon diberi nama Tur Cirebon. Kegiatan ini diselenggarakan selama dua hari, di Rumah Cirebon, Kota Cirebon, Jawa Barat.
Tiga buku itu masing-masing berjudul Salam Rindu oleh Tasya Zelinsky dan Opin Adelpho, Lullaby oleh Abi Rafdi Aufar, dan Isn’t it Home oleh Fiani Aprilia. Keempat pameris adalah anggota Gueari Galeri angkatan 4, Gueari Galeri adalah Toko Buku Foto yang letaknya berada di Pasar Santa, Jakarta Selatan dan didirikan sejak 2014.
Hal ini disampaikan oleh salah satu pameris Abi Rafdi Aufar, selain pameran foto ada beberapa kegiatan lainnya, seperti ngobrol foto, pemutaran film dokumenter Focus On Myanmar, portofolio show, dan terakhir ditutup oleh penampilan akustik dari De’Maskentirs.
“Ini masih dalam rangka klas gueari galeri angkatan 4, yang di pamerkan karya hasil dari workshop di Pasar Alam Vida Bekasi, yang pesertanya anak-anak panti asuhan, jadi foto ini direspon oleh anak-anak, masing-masing pameris memamerkan 10 karyanya dari setiap buku, kemarin juga ada diskusi buku foto dari pamerisnya, dan Satyo Manggala mewakili klas jurnalistik cilik,” ujarnya.
Sementara itu, Owner Rumah Cirebon, Prabhoto Satrio, menjelaskan kolaborasi ini bertujuan untuk mempertemukan komunitas dari berbagai daerah.
“Sebagai Creative hub, suatu ruang yang manjadi sarana, dari berbagai aspek kehidupan seperti fotografi dan bidang kreatif lainnya, ini menjadi semacam momentum untuk komunitas di Cirebon dan luar Cirebon bisa saling tukar informasi atau tukar pikiran, juga memberikan dukungan untuk Myanmar itu sendiri,” jelasnya.
Kegiatan ini juga, sangat diapresiasi oleh pengunjung asal Kuningan mewakili Klise Photography UGJ, Eris Syarif Hidayat.
“Pamerannya sangat menarik, setahu saya kan fotografi itu terpatok pada foto jurnalis, dan Foto story’, disini sangat berbeda ditambah ada pemutaran film dari cinema Myanmar menjadi pengetahuan baru untuk saya,” tungkasnya.
Dari para pemuda Creative ini, karya yang dihasilkan bukan hanya ditumpuk didalam rak saja, mereka memajangnya agar bisa dinikmati dan bisa menginspirasi pemuda lainnya.
(al / jhon)