KOTA CIREBON (CU) – Bus Rapid Transit (BRT) Trans Cirebon menjadi pilihan transportasi baru warga kota dan kabupaten Cirebon. Bus ini resmi beroperasi usai diluncurkan oleh Wakil Wali Kota Cirebon, Hj Eti Herawati, pada dua bulan kemarin.

Sejak itu, Trans Cirebon melayani warga yang ingin merasakan naik kendaraan umum modern tersebut yang dilengkapi fasilitas terkini, seperti WiFi gratis dan kamera pemantau (CCTV) serta full AC.

Bahkan, fakta menariknya adalah antusias minat masyarakat yang tinggi untuk naik bus berwarna biru tersebut.

Antusias terhadap hadirnya BRT Trans Cirebon cukup tinggi dapat terlihat dari antrian masyarakat yang setia menunggu BRT di halte kejaksaan, selasa (15/6/2021). Banyak yang mengantri hanya untuk sekedar jalan – jalan bersama keluarga mengelilingi kota Cirebon.

Salah seorang warga yang ditemui saat menunggu di halte Kejaksan, Maesaroh (45) bersama 3 anaknya mengungkapkan, baru pertama kali ingin merasakan naik BRT tersebut, penasaran katanya.

“Saya menunggu dari Halte Kejaksan tepat di jam pemberangkatan 14.30 WIB, saya datang beberapa menit sebelumnya, cuma ini sudah hampir 30 menit belum datang” ungkapnya.

Berbeda dengan Rahma (27) yang sudah dua kali merasakan naik BRT mengungkapkan fasilitas yang tersedia khususnya WiFi gratis sangat bermanfaat untuk mengisi waktu sampai dirinya tiba di tempat tujuan.

Menurutnya, kecepatan WiFi di BRT terbilang lumayan cepat, terlihat dari banyaknya anak-anak yang bermain game online saat naik bus ini dan tidak ada satupun yang mengalami buffering.

“Naik BRT Trans Cirebon di masa pandemi Covid-19 ini, protokol kesehatan juga diterapkan. Sebelum naik saya dicek suhu tubuh dan disediakan hand sanitizer di pintu masuk,” katanya.

Kapasitas BRT tersebut bisa masuk 30 orang penumpang untuk sekali jalan, akan tetapi mengingat saat ini masih masa pandemi Covid-19, jadi hanya 50 persen dari jumlah tersebut.

Sementara, Sopir BRT yang saat itu bertugas, Robi mengungkapkan, membawa bus ini tidak bisa sembarang menaikkan dan menurunkan penumpang, semua harus di halte yang sudah disediakan.

“Kami ada jadwal tiba di halte, jadi kami tidak bisa naik turunkan penumpang selain di halte,” ungkap pria yang sebelumnya berprofesi sebagai sopir angkutan ekspedisi tersebut.

Menurutnya, bus ini pun berhenti sekitar 1-2 menit di setiap halte, baik ada penumpang yang menunggu ataupun tidak, kecuali di Halte Dukuh Semar, bus berhenti sedikit lama sekitar 15 menit.

“Kecepatan pun tidak melebihi 40 km/jam,” ujarnya.

Selain di Kecamatan Kejaksan, halte juga ada di Balai Kelautan, Yos Sudarso, Karang Anom, Dukuh Semar, SMPN 8 dan Monumen Juang.

Saat ini, koridor yang beroperasi yakni koridor satu jalurnya dari Terminal Dukuh Semar – Jalan Pesantren – Jalan Ahmad Yani – Jalan Brigjend Dharsono – Jalan Kedawung – Jalan Pilang Raya – Jalan Slamet Riyadi -Jalan Diponegoro – Jalan Samadikun – Jalan Sisingamangaraja – Jalan Benteng – Jalan Yos Sudarso – Jalan Kesunean – Jalan Kalijaga – Jalan Ahmad Yani (Via bawah) -Jalan Pesantren.

Editor : Jhon